Kawasaki masih belum ada niat kembali ke MotoGP inilah sebabnya
Hengkang dari ajang sirkus MotoGP, Kawasaki malah berkomitmen untuk Kejuaraan Dunia Superbike (WSBK). Apakah kenangan kegagalan proyek motor prototipe mereka di kelas bergengsi, ZX-RR, masih terasa menyakitkan buat pabrikan yang identik dengan warna hijau dan sebutan Ninja itu?
Jonathan Rea(kiri) dan Tom Sykes (kanan) |
Dimulai serius bersama Tom Sykes sejak 2011, dan bangkit pada 2012, hingga ia sukses merebut gelar juara dunia pada 2013. Kemudian dilanjutkan oleh Jonathan Rea pada dua musim belakangan. Kawasaki kini jadi tim yang mesti dikalahkan oleh pabrikan lain di WSBK terutama Ducati yang kini jadi rival terberat di ajang superbike.
Namun, meski kelas bergengsi sangat menarik dan atraktif dalam hal pemasaran serta pengembangan motor. Kawasaki tetap saja tidak menunjukan minatnya pada MotoGP. Apakah kerja keras mereka di MotoGP periode 2003-2009 dengan proyek ZR-RR dirasa gagal? Atau kegagalan itu juga membuat penjualan motor mereka di pasaran tidak signifikan?
Kini banyak pentolan di olahraga balap motor dunia yang bertanya-tanya, mengapa Kawasaki sama sekali tidak tertarik untuk membuktikan dirinya (sekali lagi) di ajang balap GP. “Kalau mereka ada di MotoGP, itu adalah omong kosong besar,” tegas Ronald Ten Kate dalam pembicaraan dengan Motorsport-Total.
Pria pemilik tim privatir Ten Kate yang kini mewakili tim pabrikan Honda di WSBK itu, boleh saja bicara itu. Karena timnya sudah bertahun-tahun bertarung dengan Kawasaki di ajang balap motor produksi dunia. Lantas, apakah kegagalan dari proyek ZX-RR pada 2003-2008 benar-benar menjadi alasan Kawasaki tidak punya minat kembali ke MotoGP?
“Mereka membuat keputusan untuk tidak menjalankan proyek itu lebih jauh dan malah menyeberang ke sini (WSBK). Tetapi saya mengerti keputusan mereka, karena lebih masuk akal untuk balapan di ajang ini. Namun di sisi lain, produsen besar (automotif dunia) pastinya ingin tampil juga di kelas bergengsi sebuah olahraga. Namun untuk tampil di level yang berbeda, tentunya harus didukung oleh anggaran dan sumber daya yang bersangkutan,” pria asal Belanda tersebut menambahkan pendapatnya.
Sementara itu, Chaz Davies mengutarakan keheranannya, plus rasa tidak mengertinya dengan strategi Kawasaki saat ini, yang melihat WSBK sebagai medan tempur utama.
“Saya sedikit terkejut, karena aneh kalau salah satu produsen terbesar tidak hadir di MotoGP. Kawasaki memilih fokus di WSBK, mengapa, mungkin mereka berpikir akan lebih baik tampil di ajang ini,” tutur Davies. “Yamaha, Aprilia dan Ducati juga terlibat di WSBK, terlepas dari proyek mereka di MotoGP, sementara Kawasaki terbatas di ajang ini saja,” kata Davies bertanya-tanya.
Tapi pembalap tim Aruba.it Ducati yang baru saja mensapu bersih WSBK Italia 2017 di Sirkuit Imola, 13-14 Mei itu. Merasa senang kalau kedepannya, WSBK melibatkan lebih banyak tim pabrikan yang juga tampil di MotoGP, contohnya Suzuki.
“Akan menyenangkan jika begitu. Tapi setiap pabrikan selalu memiliki strategi yang berbeda,” kata pembalap 30 tahun dari Britania Raya tersebut.
Adapun juara dunia MotoGP 2006 yang pada dua musim belakangan membela tim Honda di WSBK, Nicky Hayden, tahu betul soal bisnis di kelas bergengsi. Tapi apakah Kawasaki masih terbelit masalah dana buat tampil di MotoGP? “Saya tidak tahu persis situasinya dan tidak tahu seberapa besar anggaran mereka. Ada banyak faktor yang saling mempengaruhi di MotoGP, dan saya pikir mereka (Kawasaki) bisa tampil oke di sana,” urai Hayden.
“Mereka (Kawasaki) tahu cara membangun motor yang bagus, tetapi saya tidak tahu mengapa mereka tidak naik ke kelas bergengsi. Jika mereka menjual motor cukup banyak melalui tampil di WSBK, maka itu oke-oke saja,” kata Hayden menambahkan.
“MotoGP tidak murah, karena akan menghabiskan banyak uang buat menjalankan proyek di sana. Mungkin sponsor besar akan jadi ‘sesuatu’. Tapi bisa jadi, bakal tidak terlalu bermanfaat buat mereka jika tampil di MotoGP,” tukas pembalap yang identik dengan nomor motor 69 tersebut.
Post a Comment