Header Ads

Bos Honda sebut Rossi belum bisa terima kenyataan eranya usai

Valentino Rossi tampak masih sulit menerima kenyataan bahwa masa jayanya telah usai. Hal tersebut diungkapkan bos Repsol Honda, Alberto Puig.





Rossi merupakan salah satu pembalap motor terbaik sepanjang masa dengan koleksi tujuh gelar MotoGP, namun The Doctor tak dapat menambah jumlah titelnya sejak 2009.
Pada 2015, saat Rossi hanya berjarak lima poin dari gelar kedelapannya, ia membangun rivalitas dengan Marc Marquez, juara MotoGP 2018, titel kelimanya dari enam tahun terakhir.

Hubungan keduanya langsung memburuk setelahnya, dan Puig, bos Repsol Honda awal tahun ini, menganggap Rossi sebagai pemicu rivalitas dengan Marquez.
“Valentino adalah pembalap luar biasa, saya sangat menghormatinya. Dengan umurnya saat ini [39], ia masih memiliki hasrat dan talenta untuk melaju kencang. Dan ia tak menerima tak bisa menang,” ujar Puig kepada surat kabar harian Spanyol, La Vanguardia.

“Namun, ia kesulitan menerima bahwa masanya telah berakhir. Terkadang, cara yang dilakukannya tidaklah benar. Tidak pernah saya melihat Marquez keluar dari jalurnya, melakukan hal berbahaya terhadap Rossi. Itu selalu insiden balapan.

“Saya menghormati Rossi, namun dalam hidup segala sesuatu ada masanya. Dan suka atau tidak, Marquez adalah nomor satu saat ini.”
Rossi habis-habisan mengkritik Marquez usai keduanya terlibat insiden yang membuat pembalap Yamaha itu tersungkur di Termas de Rio Hondo, Argentina.

Marquez coba meminta maaf kepada setelah balapan, namun usahanya digagalkan oleh tangan kanan Rossi, Uccio Salucci saat pembalap Honda itu menyambangi pitbox Yamaha.

Drama keduanya berlanjut di Misano, di mana Rossi enggan menyambut jabat tangan Marquez saat keduanya menghadiri konferensi pers jelang MotoGP San Marino.

“Marquez sama sekali tak peduli dengan gelombang opini dari lingkungan Vale. Sebaliknya, kami merasakan kelemahan dalam tindakan mereka,” lanjut Puig.

Puig, yang mendatangkan rival Rossi lainnya, Jorge Lorenzo, sebagai pembalap Honda musim depan, menggambarkan Marquez nyaris sempurna sebagai seorang pembalap

“Marc tidak bertingkah seperti seorang superstar, ia tidak berpura-pura menjadi seseorang bukan dirinya. Ia memiliki kerendahan hati dan rasa ingin tahu untuk mendengar, belajar, dan menghormati,” tambah mantan manajer Dani Pedrosa itu.

“Saat ia berada di atas motor, ia benar-benar pembunuh, dan itu harus dilakukannya. Ia adalah mesin yang diprogram untuk melaju dengan kecepatan penuh.

“Kesempurnaan tidaklah ada, namun ia cukup dekat. Kesempurnaan adalah menjadi yang terbaik, dan ia orangnya. Seberapa jauh dia bisa lebih baik lagi? Dengan usianya saat ini, ia masih memiliki ruang untuk pertumbuhan.”

sumber:motorsport.com

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.