Header Ads

Ide balapan motogp dihelat cuma 2 hari jadi perdebatan

Ide menggelar balapan MotoGP hanya selama dua hari seperti F1 GP Emilia Romagna 2020 lalu mengundang tanggapan beragam dari para pembalap.Kejuaraan Dunia Formula 1 melakukan gebrakan pada musim 2020 lalu. Selain lomba yang dikurangi menjadi 17 (rencana awal 22), karena pandemi Covid-19, ada akhir pekan balapan yang biasanya berlangsung tiga hari ada yang dipangkas menjadi hanya dua.



Itu terjadi di GP Emilia Romagna, balapan ke-13. Sirkuit Autodromo Internazionale Enzo e Dino Ferrari, Imola, Italia, hanya menggelar event selama dua hari.

Dua latihan bebas Jumat dihilangkan dan hanya sekali digelar pada Sabtu yang berlanjut kualifikasi. Lomba tetap berlangsung pada Minggu (1 November lalu).

Selain karena pandemi, balap F1 di Monza dipangkas menjadi hanya dua hari juga disebabkan masalah transportasi. Sepekan sebelum GP Emilia Romagna, para pembalap harus turun di Algarve, Portugal.

Praktis, truk-truk pengangkut logistik harus melakukan perjalanan darat sejauh 2.400-an km yang memakan waktu lebih dari 22 jam.

Kabar yang berkembang menyebut, format dua hari balapan seperti yang terjadi di F1 GP Emilia Romagna lalu akan diadaptasi untuk MotoGP musim depan. Opsi tersebut kemungkinan bakal menjadi pertimbangan jika pandemi tidak juga berakhir.

“Saya pribadi tidak masalah karena itu berarti waktu untuk istirahat akan semakin banyak. Namun, semua ini urusan penyelenggara (Dorna Sports dan FIM),” ujar Joan Mir, juara dunia MotoGP 2020 asal Tim Suzuki.

Fabio Quartararo memiliki pandangan yang sedikit berbeda. Pembalap yang musim depan akan pindah dari tim satelit Petronas Yamaha SRT ke skuad pabrikan Yamaha itu menilai akan tetap ada plus dan minus jika MotoGP mengadopsi lomba dua hari ala F1 di Imola.

“Minusnya, waktu saya mengendarai motor akan berkurang. Padahal saya sangat menikmati turun dengan motor MotoGP. Namun, apa yang dilakukan F1 di Imola sangat hebat, tidak ada salahnya dipertimbangkan,” tutur Quartararo.

Pembalap asal Prancis itu menambahkan, motor-motor Yamaha di MotoGP, YZR-M1, tidak perlu banyak ubahan set-up. “Jadi, ini akan bagus dan bakal sangat berarti dalam kalender MotoGP jika ada balapan yang bisa digelar hanya dalam dua hari,” kata Quartararo.

Kendati demikian, mengurangi jumlah hari pada akhir pekan lomba di MotoGP dan F1 memiliki perbedaan besar. Para pembalap F1 bisa memanfaatkan kecanggihan simulator untuk mengenal karakter sirkuit.

Selain bisa fokus mengenal lintasan, para pembalap F1 bahkan mampu membantu mekanik dan teknisi dalam menentukan setelan mobil.

Sebaliknya di MotoGP. Tidak adanya simulator membuat pengurangan dua latihan bebas pada Jumat akan sangat berpengaruh signifikan. Dua latihan bebas pada Jumat biasanya sangat penting bagi pembalap tidak hanya untuk menentukan racing line tapi juga set-up.

Dari data yang dikumpulkan para pembalap lewat latihan bebas itulah para teknisi dan mekanik mulai menentukan setelan untuk motor.

“Pasti akan sangat sulit bagi para mekanik dan teknisi untuk mendapatkan set-up motor,” tutur Maverick Vinales yang musim depan akan bertandem dengan Quartararo.

“Tetapi di sisi lain, saya juga penasaran ingin tahu seperti apa rasanya dan cara kerja format balapan hanya dua hari. Jika memang harus dilakukan, saya tidak masalah.”

Franco Morbidelli menjadi salah satu pembalap yang dengan tegas tidak menyetujui jika MotoGP menggelar akhir pekan lomba selama dua hari. Pembalap Petronas Yamaha SRT itu mengatakan, banyaknya latihan bebas bisa membuat teknik pembalap membaik.

“Itulah mengapa saya menilai balapan dua hari di MotoGP juga bisa berbahaya. Jujur, saya tidak suka balapan dua hari karena kami sudah terbiasa turun pada Jumat, Sabtu, dan balapan pada Minggu,” ucap pembalap asal Italia itu.

“Di Formula 1 juga lazimnya balapan digelar tiga hari. Kami juga butuh waktu lebih lama untuk menentukan setelan motor. Itu akan sulit kami lakukan jika balapan hanya dua hari.”   

sumber:motorsport.com


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.