Header Ads

Vinales mulai curhat ini sebabnya dia tinggalkan Yamaha di pertengahan musim 2021

 Mendekati perpisahan dengan Yamaha Factory Racing, Maverick Vinales tak lagi menahan lidahnya. Pembalap Spanyol itu merasa diabaikan sehingga merasa balapan MotoGP seperti mengalami mimpi buruk.

Vinales begitu mengejutkan di putaran paddock motoGP ketika mengumumkan niatnya bergabung ke Aprilia Racing dan hengkang dari Yamaha secara tiba tiba. Tim gurem asal Italia, yang menggeliat musim ini, bakal dibelanya mulai tahun depan.



Keputusan tersebut menegaskan betapa Vinales benar-benar muak dengan Yamaha yang merekrutnya sejak 2017. Mulai musim lalu, ia kehilangan konsistensi akibat beragam masalah yang dialami YZR-M1.

Berbagai masukan diberikan pria 26 tahun itu agar performa motor lebih baik dan berimbas kepada capaian pribadinya. Namun, pabrikan garpu tala seolah tak mau mendengarnya. Alhasil, peringkatnya di klasemen pembalap MotoGP 2020 jatuh ke posisi enam dari tiga pada musim 2019.

Saat musim dingin, tim mengklaim telah melakukan berbagai perbaikan pada M1. Awalnya, semua tampak menjanjikan, di mana Vinales memenangi duel pembuka di Sirkuit Losail, Qatar. Kejutan hanya berlangsung singkat karena setelah itu, di arena yang sama, ia hanya finis kelima.

Podium seolah menjauh darinya pada laga sisa paruh pertama musim ini. Tak heran kalau ia terus menerus mengeluh. Kondisi mentalnya makin turun saat kepala kru kepercayaannya, Esteban Garcia, diganti Silvano Galbusera, yang pernah menangani Valentino Rossi dimana Rossi sangat tidak cocok dengan Galbusera .

Ekspektasi Yamaha, Vinales bisa moncer seperti juara MotoGP tujuh kali itu. Namun, jauh panggang dari api. Ia malah kesulitan beradaptasi dengan pola kerja Galbusera. Hasilnya pun belum terlihat hingga MotoGP Jerman.

Di Sachsenring, eks rider Suzuki itu, start kedua dari belakang dan menjadi pembalap kedua yang melintasi garis finis. Saking frustrasi dengan rapornya, ia melontarkan komentar ingin menjiplak set-up motor rekan setimnya, yang jadi kandidat juara musim ini, Fabio Quartararo.

Namun, ide tersebut urung dieksekusi. Ia menemukan kepercayaan diri di Sirkuit Assen yang jadi favoritnya. Dia mencatatkan pole position dan bertengger pada posisi kedua, kalah 2,7 detik dari Quartararo.

Ditilik dari peringkat memang membuat puas, tapi menilik gap lumayan jauh untuk motor dari pabrikan yang sama. Hal ini kembali memantik rasa kecewa. Vinales mengatakan bahwa masalah M1 selalu sama dan sampai sekarang tidak ada solusi yang membuat penampilannya menonjol.

Dalam konferensi pers selepas MotoGP Belanda, ketika ditanya Motorsport.com, tentang keuntungan meninggalkan Yamaha, Vinales menegaskan, “Saya kira bermanfaat…Sulit mengambil keuntungan dalam situasi seperti ini.

“Saya mengalami periode sulit. Saya merasa seperti ketika balapan, itu mulai terasa seperti mimpi buruk karena saya selalu berkomentar sama selama tiga tahun berturut-turut. Saya hanya ingin mendapat yang terbaik dari diri sendiri.

Saya ingin datang ke balapan, benar-benar turun dan memberi semua yang dimiliki. Sekarang, sulit. Ketika saya berlomba, saya bertanya pada diri sendiri, ‘Masalah apa yang akan saya hadapi dalam balapan ini’. Ini adalah sebuah masalah, jadi saya hanya mau datang ke sini dan melihat di mana kami.”

Langkahnya memutus kontrak yang sisa setahun, disebut meniru Johann Zarco musim 2019. Pembalap Prancis itu bercerai dengan KTM di tengah musim.

Namun, Vinales berkelit, “Seperti yang Anda katakan, Zarco melakukan itu (meninggalkan KTM), tapi saya tidak mengikuti pembalap lain. Saya hanya akan mengikuti feeling saya.

“Di Sachsenring, saya ingin pulang pada Jumat, karena itu akhir pekan yang mengecewakan, di mana saya menunjukkan diri dengan baik, tapi kami tidak bisa meningkat. Jadi di sini, bersyukur, saya punya grip, trek juga bagus. Itu sedikit banyak pas dengan motor.”

sumber: motorsport.com

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.