Masimo Rivola: Kemunduran akan terjadi bila MotoGP terlalu meniru F1
Dua pimpinan Aprilia Racing , Romano Albesiano dan Massimo Rivola, menilai MotoGP seharusnya tak meniru Formula 1 karena bisa menyebabkan kemunduran. Sebelumnya pendapat serupa pernah diutarakan Marc Marquez.
Di Era milenium dalam beberapa tahun terakhir, MotoGP telah berkembang sangat pesat secara teknologi. Pengenalan elektronik standar dari 2016 menghilangkan banyak kelonggaran pengembangan bagi pabrikan di bidang ini.
Aerodinamika menjadi sangat penting. Ada juga sistem Ride Height. Waktu lap semakin cepat dari tahun ke tahun ditandai dengan pecahnya rekor lap hampir setiap pekan.
"Saya melihat balap motor era 1990-an dengan 500cc," kata Direktur Teknik Aprilia Romano Albesiano kepada GPOne.com. "Ketika saya melihat motor sekarang, ini adalah dunia yang sama sekali berbeda."
"Teknologi telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Kami belum berada di level Formula 1, tetapi sedang menuju ke arah itu. Mungkin ini sedikit berlebihan. Sebagai seorang insinyur, ini menarik.
"Tapi sebagai penggemar, saya pikir akan menyayangkan untuk mundur beberapa langkah. Mungkin Anda harus mengubah pekerjaan untuk balapan dan lebih mengorientasikan diri Anda pada pengembangan untuk motor produksi.”
Sistem ride-height MotoGP tidak akan pernah berhasil masuk ke dalam seri itu. Hadirnya suspensi elektronik menjadi makin umum dalam seri motor produksi. Namun, hal ini dilarang dalam balapan sesuai dengan peraturan.
Tetapi aerodinamika adalah faktor yang menjadi sangat diperlukan. Makin banyak model seri baru, mulai dari superbike hingga naked bike, dilengkapi dengan winglet untuk membawa lebih banyak downforce ke roda depan.
"Menurut saya, hal ini juga memiliki manfaat untuk seri ini, karena aerodinamika membuat sepeda motor lebih aman," kata Albesiano. "Jadi, tidak benar jika kita mengambil langkah mundur di bidang ini( aerodinamika).
"Tentu saja Anda bisa berargumen bahwa motor yang stabil dan cenderung kurang wheelie dan sangat bagus dalam fase pengereman membuat balapan menjadi kurang spektakuler. Tapi, itu cerita lain."
Sedangkan Masimo Rivola yang pernah menangani jet darat F1 bersama Ferrari, justru mangatakan suatu kesalahan bila MotoGP meniru F1.
Untuk memberikan lebih banyak tontonan, akan ada sprint race di semua Grand Prix pada hari Sabtu tahun depan. Ini berbeda dengan Formula 1 yang memilih enam lokasi saja untuk sprint race.
"Formula 1 mengalahkan kami dalam hal jumlah penonton.Titik baliknya datang dengan serial Netflix 'Drive to Survive',” tutur CEO Aprilia.
"Di Formula 1, mereka menggunakan media sosial dengan lebih efektif. Charles Leclerc dan Lando Norris, mereka adalah generasi baru dan mereka menggunakan aspek ini dengan sangat baik. Formula 1 juga menarik banyak kepribadian. Di Monza, saya bertemu Sylvester Stallone dan bintang-bintang lainnya.”
Rivola yang pernah bekerja di Formula 1 menambahkan, "Tapi, akan salah jika meniru Formula 1. Sprint race adalah solusi darurat, tetapi juga kesempatan bagi orang-orang untuk membicarakan kami. Saya harap ini berhasil.”
"Formula 1 membuat perubahan penting. Mereka bagus, tetapi mereka juga beruntung. Mereka mengubah aturan untuk performa. MotoGP tidak memiliki masalah ini. Pembalap kami semuanya berdekatan. Ini juga bukan soal pertunjukan.
Namun Rivola juga mencatat bahwa ada lebih banyak uang di industri otomotif daripada di sektor motor. “Namun, di negara seperti Indonesia, pasarnya berkembang pesat. Ada pasar yang menginginkan kami. Kita harus menarik lebih banyak orang, tetapi kita tidak boleh memberikan harga seperti Formula 1,” ia menandaskan. (Sumber: motorsport.com)
Post a Comment